Kedatangan
Belanda dan kegiatan VOC
Pada
tahun 1595 Perseroan Amserdam untuk pertama kali mengirim angkatan
kapal dagangnya terdiri atas empat kapal ke Indonesia di bawah
pimpinan Cornelis Houtman dan pada tanggal 14 agustus 1597 tiba
kembali ke Tessel.Menyusul kemudian pada tanggal 1 mei 1598 akatan ke
dua di bawah pimpinan van Nede, van Heemskrerck, dan van
Warwick.Dalam itu juga ada beberapa kapal yang dikirim ke
Indonesia.Angkatan ke tiga yang dikirim oleh Persoroan Lama berangkat
dari Amsterdam dalam bulan April 1599,di bawah pimpinan Hagen,sedang
yang ke empat di bawah pimpinan van Neck dalam bulan Juni 1600.
Gabungan
perseroan yang pada bulan Meret 1602 disahkan oleh Staten-General
Republik kesatuan Tujuh Privinsi berdasarkan suatu piagam yang
membarikan suatu hak eksklusif kepada perseroan untuk berdagang,
berlayar, dan memegang kekuasaan dikawasan antara Tanjung Harapan dan
kepulauan Salmon.Pimpinan Perseroan Vereenigde Oost Indische
Compagnie (disingkat VOC) terdiri atas tujuh belas anggota.
Tujuan
VOC untuk menguasai perdagangan di Indonesia dengan sendirinya
membangkikan perlawanan perdaganan pribumi yang merasa langsung
terancam kepentingannya.Sikap permusuhan bertambah kuat karena
kehadiran Belanda mendorong umat Islam lebih memperkokoh persatuan
untuk menghadapinya.Sistem monopoli perdaganan bertentangan dengan
system tradisionalyang berlangsung; lagi pula tindakan-tindakan
dengan paksaan menambah kuat sikap permusuhan tersebut.
POLITIK
PERDAGANGAN VOC
Waktu
VOC mulai kegiatannya di Indonesia dihadapinya suatu perdagangan
Internasional dengan system terbuka.Perdagangan rempah-rempah
menempati kedudukan yang utama akan tetapi yang tidak terpisah dari
perdagangan beras, sagu, kain, dan komoditi lainnya.Dalam jaringan
transaksi dan transportasi komoditi-komoditi tersebut di atas dengan
teknologi navigasi dari zaman itu maka dua basis pemusatan
perdagangan danpelayaran ternyata mempunyi fungsi yang strtegis
sekali.Dalam menghadapi system itu maka VOC dalam usahanya menguasai
perdagangan rempah-rempah, menduduki kedua basis itu, Maluku dahulu
dan Malaka kemudian. Telah ditentukan pula alternative lain sebagai
pengganti Malaka, ialah Batavia.
Jalan
radikal untuk merebut monopoli ialah melarang semua pengangkutan
barasil barang dagangan Portugis dengan kapal pribumi; semua ekspor
rempah-rempah telah dihentikan, bahkan lebih dratis lagi yaitu
pohon-pohon pala dan cengkeh ditebangi.Sebaliknya ada saran untuk
mengikuti jejak Portugis, yaitu menukar rempah-rempah dengan bahan
pakaian dan makanan.
Pembelian
rempah-rempah dengan mata uang logam ternyata merugikan VOC. Rakyat
menabung hasil penjualannya dan dengan mata uang logam tabungan
membeli bahan pakaian dari Portugis atau pedagang bangsa lain.Oleh
karena keuntungan VOC terutama dari penjualan bahan pakaian itu, maka
politik itu akan memukul diri sendiri.Memborong bahan tersebut lebih
dulu dari Inggris dan Portugis tak meguntungkan, oleh karena
persediaan rempah-rempah yang menunggu pengangkutan masih
banyak.Langkah lain seperti memblokir selat Malaka dan pedagang
Portugis, akan menguntungkan bangsa barat lainnya, pedagang jawa,
Gujarat yang bebas dari persaingan Portugis, dapatbergerak secara
leluasa.
Praktek
VOC dikepulaun Banda akhirnya memperlihatkan politik
kekerasan.Sewaktu diketahui bahwa kontrak rakyat Banda dengan VOC
tidak diindahkan dan masih melakukan perdagangan dengan pedagang
Asia, seperti Cina, para direktur VOC menganjurkan agar rakyat Banda
dibuat punah dan pulau diberi penduduk lain.Tambah pula penentuan
harga sepihak oleh VOC bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku,
antara lain tawar-menawar.Politik monopoli VOC ternyata tidak
menjamin adanya keuntungan yang besar,sebaliknya kondisi perdagangan
di Eropa pada awal periode VOC beroprasi terbukti menunjukan pasaran
rempah-rempah yang membanjir sehingga merosotkan harga penjualan
disana.Kemudian kira-kira pada pertengahan abad XVII politik VOC di
Banda mengakibatkan kemrosotan produksi rempah-rempah sehingga
sangant menyusut volume perdagangannya.
Kebangkrutan
VOC
Menjelang
abad ke-19 M, VOC mengalami kebangkrutan.Kebangkrutan itu ditandai
oleh posisi keuangan.Dengan kas yang kosong,bahkan hutang yang
menumpuk,serikat dengan yang pernah jaya itu tidak mampu lagi
menjalankan kegiatannya.
Penyebab
kemunduran VOC
- Korupsi merajalela yangdilakukan oleh para pegawai VOC.
- Banyak pegawai VOC yang tidak cakap sehingga pengendalian mononopoli perdagangan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
- VOC banyak menanggung hutang akibat peperangan yang dilakukan,baik dengan rakyat Indonesia maupun dengan Inggris dalam memperebutkan kekuasaan di bidang perdagangan.
- Kemrosotan moral di kalangan para penguasa akibat sistem monopoli perdagangan.Keserakahan VOC membuat penguasa setempat tidak sungguh-sungguh membantu VOC dalam monopoli perdagangan.Akibatnya,hasil panen rempah-rempah yang masuk ke VOC jauh dari jumlah yang diharapkan.
- Tidak jalannya verplichte leverantien mewajibkan tiapdaerah menyerahkan hasil bumi berupa lada,kayu,beras,kapas,nila,dan gula kepada VOC engan tariff yang ditentukan VOC.Aturan priangan menanan kopi lalu menyerahkan hasil panen kepaada VOC,juga dengan tariff yang ditentukan VOC.Kedua aturan itu tidak berjalan karena korupsi dan biaya pengeluaran terlalu besar.
Pembubaran
VOC
Gejolak
di Eropa berpengaruh di Asia, termasuk Indonesia.Perang antara
Belanda dan Inggris terjadi juga di Asia.Armada kapal EIC
berturut-turut merebut kedudukan VOC di Persia, Hindustan, Srilangka,
sampaiMalaka.Jatuhnya Indonesia ketangan EIC hanya tinggal menunggu
waktu.Ancaman dari serangan ke Sumarta dan Jawa.
Menyadari
bahaya serangan Inggris, pemerintah Republik Bataaf segera bertindak
terhadap VOC. Adanya persoalan internal yang berlarut-larut membuat
VOC tidak bias diandalkan menghadang serangan Inggris.Selain itu,
keberadaan VOC pun tidak dapat dipertahankan lagi karena telah
menyedot keuangan Negara. Pada tanggal 31 Desember 1799, pemerintah
mencabut ijin usaha (octrooi) VOC. Pencabutan itu menandai pembubaran
serikat dagang yang pernah malang melintang di Indonesia selama 2
abad itu.
Sejak
pembubaran VOC, Indonesia berada dibawah kekuasaan pemerintah
Republik Bataaf.Kemudian, status Belanda berubah kembali dari
Republik menjadi kerajaan. Perubahan itu merupakan akibat dari
perubahan politik di Prancis. Pada tahun 1804, Napoleon Bonaparte
berkuasa sebagai kaisar Prancis.Lalu ia mengubah Republik Bataaf
menjadi kerajaan Belanda. Ia menunjuk adiknya, Lodewijk Napoleon
menjadi raja Belanda. Dengan perubahan status Belanda itu, Indonesia
kali ini berada dibawah kekuasaan pemerintah Kerajaan Belanda.
Untuk
menangani Indonesia, pemerintah Kerajaan Belanda membentuk pemerintah
colonial yang dipimpin oleh seorang gubernur jendral.
Referensi:
Matroji.Sejarah
untuk SMP Kelas VIII.Jakarta:Erlangga.2002.
Kartodirdjo
Sartono,1987; PENGANTAR SEJARAH INDONESIA BARU:1500-1900,Jakarta,
Gramedia
0 komentar:
Posting Komentar